Powered By Blogger

Selasa, 08 Maret 2011

Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Cole (dalam Erman Amti, 1994:13) menyatakan periodesasi perkembangan manusia sebagai berikut:

Periode
Umur

Infancy
Early Children
Middle Childhood

Pre-Adolescence or Late-childhood
Early Adolescence
Middle Adoslence
Late Adolescence

Early Adulthood
Middle Adulth
Late Adulthood

Birth to 2 years
2-6 years
6 to 11 years (girls)
6 to 13 years (boys)
11 to 13 years (girls)
13 to 15 years (boys)
13-15 years (girls)
15 to 17 years (boys)
15-18 years (girls)
17-19 years (boys)
18-21 years (girls)
19-21 years (boys)
21 to 35 years
35 to 50 years
50 to 65 years
Berdasarkan periodesasi perkembangan manusia di atas, siswa SMA yang rata-rata berada pada usia antara 15-19 tahun berada pada masa remaja madya (middle adolescence).
Hurlock (1980:10), membuat tugas perkembangan masa remaja yakni:
(1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, (2) Mencapai peran sosial pria dan wanita, (3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, (4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, (5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, (6) Mempersiapkan karir ekonomi, (7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga, (8) Memperoleh perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku-mengembangkan ideologi. 
Dalam Panduan Umum Pelayanan BK Berbasis Kompetensi (Pusat Kurikulum, 2002) diuraikan tugas-tugas perkembangan siswa SMA yakni:
    1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
    2. Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
    3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
    4. Mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
    5. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
    6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
    7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
    8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni.
    9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
Developmental School Counseling Programs (dalam Sciarra, 2004:133), menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa Sekolah Menengah Atas yakni:
  • Siswa kelas 9 harus mempunyai kemampuan: menyadari kebiasaan kerja yang positif, memperhalus pengetahuan mereka tentang keahlian, sikap, minat dan nilai-nilai yang mereka miliki, mengidentifikasi tujuan karir secara umum, membuat seleksi tujuan karir mendasar, menggunakan sumber-sumber karir dan latar tujuan dan pembuatan keputusan;
  • Siswa kelas 10 harus mempunyai kemampuan: mengklarifikasi peranan nilai dalam pilihan karir, membedakan pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan dalam karir berdasarkan minat, menyadari pengaruh pada pekerjaan atau pilihan karir pada area kehidupan yang lain, mulai mengases secara realistik potensi mereka dalam lapangan yang bervariasi, mengembangkan keahlian dalam memprioritaskan kebutuhan yang dihubungkan dengan perencanaan karir;
  • Siswa kelas 11 harus mempunyai kemampuan: memperhalus tujuan karir masa datang melalui informasi tentang diri, menggunakan sumber-sumber yang ada, dan berkonsultasi dengan yang lain, mengkoordinasikan kelas yang telah diseleksi dengan tujuan karir, mengidentifikasikan persyaratan pendidikan spesifik yang diperlukan untuk mencapai tujuan, mengklarifikasi nilai-nilai pada diri sebagai suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan dan waktu luang;
  • Siswa kelas 12 harus mempunyai kemampuan: melengkapi persyaratan untuk transisi dari sekolah menengah atas, membuat komitmen untuk perencanaan karir, memahami potensi dengan adanya perubahan minat atau nilai-nilai yang dihubungkan dengan pekerjaan, memahami potensi karena adanya perubahan dalam pasar kerja, memahami perkembangan karir sebagai sebuah proses sepanjang hidup, menerima tanggung jawab untuk arah karir diri sendiri.
Berdasarkan tugas-tugas perkembangan siswa SMA di atas, dapat disimpulkan bahwa diantara tugas siswa SMA adalah persiapan karir (mempersiapkan karir ekonomi) atau melanjutkan pendidikan tinggi dan mencapai kematangan dalam pilihan karir (jabatan).  
Masa usia SMA ialah masa di mana pengambilan keputusan meningkat. Siswa SMA harus mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana yang akan dipilih, dimana akan kuliah, program studi apa yang akan dipilih, dan seterusnya. Mann, Harmoni & Power (dalam Santrock, 195:13) menyatakan dibandingkan dengan anak-anak, remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber. Akan tetapi remaja yang lebih muda kurang kompeten dalam keterampilan pengambilan keputusan dibanding remaja yang lebih tua. Dapat disimpulkan bahwa siswa SMA yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan daripada siswa SMA yang lebih muda.
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan (Hurlock, 1980: 220), hal ini berarti minat siswa SMA terhadap pendidikan akan dipengaruhi oleh minat terhadap pekerjaan. Kalau siswa SMA mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya siswa SMA lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan (Hurlock, 1980:221) yakni:
(1) Sikap teman sebaya; berorientasi sekolah atau berorientasi kerja, (2) Sikap orang tua; menganggap pendidikan sebagai batu loncatan ke arah mobilitasi sosial atau hanya sebagai suatu kewajiban karena diharuskan oleh hukum, (3) Nilai-nilai, yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis, (4) Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran, (5) Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijaksanaan akademis serta disiplin, (6) Keberhasilan dalam pelbagai kegiatan ekstra kurikuler, (7) Derajat dukungan sosial di antara teman-teman sekelas.
Lebih lanjut Hurlock (1980, 221) menyebutkan ada tiga macam remaja  yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya membenci sekolah yakni:
(1) Remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik terhadap prestasi akademik, atletik atau prestasi sosial yang terus menerus mendesak untuk mencapai sasaran yang dikehendaki, (2) Remaja yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas, yang merasa tidak mengalami kegembiraan sebagaimana dialami teman-teman sekelas dalam pelbagai kegiatan ekstrakurikuler, (3) Remaja yang matang lebih awal yang merasa fisiknya jauh lebih besar dibandingkan teman-teman sekelasnya dan karena penampilannya lebih tua dari usia yang sesungguhnya, seringkali diharapkan berprestasi lebih baik di atas kemampuannya.
Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Seperti diterangkan oleh Thomas (dalam Hurlock, 1980:221), bahwa pada saat tersebut remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Hal ini menandakan bahwa para siswa SMA akan mulai membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. 

Sumber : http://caroline-lisa.co.cc